Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Puisi; Satu Rindu

Satu Rindu Oleh: Inez Shabrina Kutuangkan satu rindu Ke langit yang membentang sendu Kepada orang yang tak kutahu namanya Karna yang kutahu pasti hanya Aku terlahir dari rahim seorang perempuan Walau akhirnya ku ditelantarkan Tak lagi diharapkan             Namun aku percaya             Bukan tanpa alasan kau lakukannya             Aku bisa mendengar bisikmu             Agar hidupku lebih baik, katamu Meski raga tak terlihat Jiwamu kan tetap tersemat Walau tak pernah kutahu rupamu Aku merasakan hadirmu Yang selalu mengiringi langkahku                  Sidoarjo, 28 Januari 2017 NB: Alhamdulillah, karya ini lolos 166 puisi terpilih dari 600 kary...

Cerpen; Dendam Positif

Dendam Positif Oleh: Inez Shabrina Jika sembilan puluh lima persen orang memilih semua cobaan hidup sebagai beban, Mengapa tak kau pilih lima persen sisanya yang menganggap cobaan hidup itu sebagai peluang untuk balas dendam positif ? Terkadang aku terpuruk mengenang masa kelamku sendiri di saat kududuk di bangku SMA lalu. Acap kali kumerutuki diriku sendiri yang dulu pernah terkena sebuah penyakit, yang mana telah menyita begitu banyak waktuku untuk bersenang-senang dengan segenap teman lainnya. Sungguh, bukan penyakit biasa. Ini bukan penyakit yang sebegitu mudahnya untuk dihilangkan. Bukan pula penyakit yang mudah dijumpai segelintir orang di sekitarku. Ini adalah penyakit psikis. Dan, bukankah menyembuhkan  penyakit psikis dua kali lebih sulit daripada penyakit fisik lainnya? Ya, skizofrenia yang kuderita saat itu. Penyakit psikis yang sempat mengacaukan pikiranku karena meyakini hal-hal yang tidak benar adanya. Aku sulit untuk membedakan mana imajinasi dan mana yang n...

Quotes Kehidupan

Quotes; Oleh: Inez Shabrina Berterima kasihlah pada masalah, karena ketegaran kan terasah. Senang atau sedih, bumi tetap berputar pada porosnya. Lantas, tak ada alasan untuk tidak tersenyum di setiap detiknya kan? NB: Quotes ini dibukukan beserta puisi dan quotes-quotes lainnya dengan judul "Kehidupan", yang diterbitkan oleh Penerbit Uwais.

Puisi; Rindu

Rindu Oleh: Inez Shabrina Sang surya mulai asakan lelah Sibakkan bayangan senja Awan yang berarak mengikutiku Berbisik sendu Mengabarkan padaku Butir air hujan dan tanah kan beradu             Hujan,             Selalu membawa kenangan             Dan luka yang berhamburan             Hingga air mataku melebur             Bersama butir air hujan yang membaur Hujan di langit senja kini, Akan kusampaikan rindu padanya Karna hujan yang paling memahami Perasaan di setiap tetesnya.. NB: Karya ini lolos 101 puisi dari 200 lebih peserta yang berpartisipasi dalam event menulis bertema Hujan di Langit Senja yang diadakan oleh Penerbit Harasi. Karya ini dibukukan dengan judul "101 Pes...

Puisi; Lelaki Buaya Darat

Lelaki Buaya Darat Oleh: Inez Shabrina Saat aku kau tatap Kubalas dengan harap Dan kata cinta kau ungkap Janji sehidup semati pun kau ucap Mataku gelap Logikaku lenyap Perasaanku padamu semakin meluap Namun cinta yang kau beri hanya sekejap Kau pun lari Setelah kau tancap duri Dan kini kusendiri Aku meronta Mengapa kau katakan cinta? Padahal itu dusta Malam yang pekat Membuatku tercekat Kenyataan yang menyayat Kau bercumbu dengan teman sejawat Bangsat, Dasar kau pengkhianat! Julukan lelaki buaya darat Pantas kau dapat NB: Karya ini masuk 100 puisi terpilih dari 218 karya peserta dalam event puisi bertema Dusta yang diadakan oleh Pustaka Tunggal.

Cerpen; Jera

Jera Oleh: Inez Shabrina             Cafe Payung, Paralahyang - Batu             09:00 WIB             Hawa dingin kini lebih menggigit dari hari kemarin. Hujan kali ini juga nampaknya berbeda. Ia menyeruakkan aroma yang tak biasa, yang mana mampu membawaku hanyut dalam kenangan. Aku merapatkan jaket biruku rapat-rapat dan menghirup kepulan kabut tipis dari coklat hangat yang akan kuteguk setelahnya.             Tubuhku mulai merasakan kehangatan. Terlebih saat memoriku yang terputar bagai film di kepala berhenti pada suatu momen di mana aku dan Aldo, pasangan LDR-ku basah kuyup terkena hujan dan kemudian berhenti di suatu kedai, memesan bakso urat yang sangat nikmat. Masih terekam jelas di benakku pula saat jaket yang ia pakai dilepasnya kemudian ia memak...

Puisi; Kacamata Hati

Kacamata Hati Kacamata berlensakan kepedulian, Biarlah mata hati yang mengemudikan.. Melihat, tidak sekedar melihat Mendengar rintihan kecil mampu membuat hati turut tersayat             Bukalah jendela pikiranmu,             Kau kan tertampar angin keangkuhan dirimu                                     Tidakkah kau lihat?             Kemiskinan, pertikaian di mana-mana,             Kejahatan, korupsi merajalela             Jerit tangis korban bencana menggemuruh             Se...

Cerpen; Senja dalam Elegi

Senja dalam Elegi Oleh: Inez Shabrina             Dokter dan perawat bergegas memasuki kamar Siti Khodijah no. 10. Keluarga yang menunggu pasien di sana tampak ribut. Mereka kebingungan karena darah yang baru saja membanjiri tubuh pasien. Sebagian perawat terburu-buru mengambil transfusi darah, berharap nyawa pasien masih tertolong. Perawat dan dokter bekerja cepat untuk mengatasi pendarahan itu. Memang benar, ditransfusi dapat menambah darah pasien. Akan tetapi darah yang telah ditransfusi seketika bocor dalam hitungan detik. Ditransfusi, lalu darah itu mengucur lagi dengan derasnya. Begitulah seterusnya. Hingga tekanan darah pasien benar-benar rendah, nadi melemah, dan jantung berhenti berfungsi dari memompa darah.             Senja, yang akan menutup hari,             juga menutup usia pasien yang masih berusia...