Langsung ke konten utama

Puisi; Kacamata Hati

Kacamata Hati

Kacamata berlensakan kepedulian,
Biarlah mata hati yang mengemudikan..
Melihat, tidak sekedar melihat
Mendengar rintihan kecil mampu membuat hati turut tersayat
            Bukalah jendela pikiranmu,
            Kau kan tertampar angin keangkuhan dirimu                        
            Tidakkah kau lihat?
            Kemiskinan, pertikaian di mana-mana,
            Kejahatan, korupsi merajalela
            Jerit tangis korban bencana menggemuruh
            Sementara kita acuh tak acuh 
Bukalah mata, hati, dan pikiran
Renungkan dan tanyakan
Masihkah tersisa secuil kepekaan?
  


NB: Karya ini masuk dalam 400 kontributor dari jumlah 2800 lebih peserta yang dibukukan dalam buku berjudul "Puisi Nusantara" oleh Penerbit SSAN (Sajak-Sajak Anak Negeri).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi; Lelaki Buaya Darat

Lelaki Buaya Darat Oleh: Inez Shabrina Saat aku kau tatap Kubalas dengan harap Dan kata cinta kau ungkap Janji sehidup semati pun kau ucap Mataku gelap Logikaku lenyap Perasaanku padamu semakin meluap Namun cinta yang kau beri hanya sekejap Kau pun lari Setelah kau tancap duri Dan kini kusendiri Aku meronta Mengapa kau katakan cinta? Padahal itu dusta Malam yang pekat Membuatku tercekat Kenyataan yang menyayat Kau bercumbu dengan teman sejawat Bangsat, Dasar kau pengkhianat! Julukan lelaki buaya darat Pantas kau dapat NB: Karya ini masuk 100 puisi terpilih dari 218 karya peserta dalam event puisi bertema Dusta yang diadakan oleh Pustaka Tunggal.

Let it Flow

Aku menyadari. Semakin dewasa, ada semakin banyak hal yang harus di-gapapa-in. Demi kebaikan dan keseimbangan hidup. Semua ada porsinya. Ada beberapa hal yang harus diprioritaskan, difikirkan dengan baik. Namun ada juga beberapa hal yang harusnya tidak masuk dalam pikiran. Ini semua tentang pilihan. Bagaimana kau memilih mana yang harus dipikir, mana yang tidak harus dipikirkan. Bukan berarti aku memintamu untuk lari dari masalah, tidak.. Tapi ada beberapa masalah receh yang memang tidak harus dipikirkan, apalagi sampai mengganggu kehidupanmu. Ada pula beberapa masalah yang harus dihadapi. Namun tidak boleh dihadapi dengan kepanikan, melainkan dengan ketenangan. Karena semua masalah itu mau dihadapi dengan rasa tenang, sedih, takut, panik, marah, atau dengan bagaimana pun juga, masalah itu akan tetap ada. Jadi kita cukup fokus dengan solusinya. Jadi... Let it flow, biarkan mengalir... Belajar untuk menutup telinga. Bahkan Ali bin Abi Tholib berkata, "Jangan menjelaskan te...