Langsung ke konten utama

Sepotong Episode

Kita perlu jeda sebentar, 
Untuk melihat sekitar..
Membuka mata, pikiran, dan hati..
Agar mampu mengerti...


Saya seorang guru, tetapi lebih suka disebut pembelajar. Pembelajar tidak melulu dengan buku. Tetapi belajar dengan membuka mata, pikiran, dan hati atas apa yang terjadi di kehidupan kita. Menjadi suatu pengalaman yang berharga saya mengajar di sekolah dasar inklusi yang baru berdiri satu tahun saat pertama kali saya bekerja di sana.

Tantangan yang bukan main!

Sekolah yang baru berdiri, sekolah yang berjudul "inklusi", terjun untuk pertama kalinya di dunia pendidikan setelah sebelumnya bekerja di rumah sakit dan perusahaan, sistem tanpa buku, kemudian bertemu dengan berbagai macam karakter anak dan orang tua. Semua itu menjadi pembelajaran dan pengalaman berharga yang pernah saya temui. Walaupun gaji yang saya terima jauh lebih sedikit daripada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya, tapi saya percaya semua pengalaman yang saya dapatkan jauh lebih bernilai daripada pengalaman saat saya bekerja di dua tempat sebelumnya. Karena experience is the best teacher. Saya juga meyakini, yang namanya rezeki itu pasti sudah diatur oleh Allah. Rezeki juga bukan melulu tentang nominal, ini yang kerap kali terlupakan apalagi ketika dihadapkan dalam situasi krisis membutuhkan uang. Sebenarnya satu hal yang harus dimiliki, sabar. Karena ada rezeki datang yang tak disangka-sangka kapan dan dari mana asalnya. Rezeki sekali lagi bukan melulu soal nominal. Tapi juga bisa berupa keharmonisan dalam rumah tangga dampak dari keberkahan guru, atau bisa jadi relasi dengan rekan kerja, wali murid, maupun anak didik yang selalu bisa menginspirasi kapan pun.

Teruntuk wali murid, terima kasih atas kepercayaannya sudah menitipkan anak-anak kepada kami-sekolah yang baru saja berdiri. Saya pribadi sadar, saya tak cukup banyak pengalaman. Namun semua yang telah saya peroleh dari bangku kuliah psikologi, bekerja di rumah sakit sebagai staff tumbuh kembang anak, memberikan les privat pelajaran bertahun-tahun pada anak SD semasa kuliah, atau pengalaman saat di organisasi seperti komunitas permainan tradisional  anak-anak yang kami (bersama teman kuliah) rintis dulunya, bisa saya terapkan di sekolah ini.

Dan saya pastikan, saya akan terus mengupgrade kemampuan diri agar bisa memberikan yang terbaik bagi peserta didik. Karena amanah itu berat, dan yang namanya kepercayaan itu harus dijaga dengan baik.

Teruntuk peserta didik. Terima kasih, kalian hebat. Walau dengan tingkah laku yang terkadang menyebalkan, tetapi ketika tidak berjumpa karena musim Corona ini tetap saja membuat saya rindu dengan kalian. Hal-hal yang menurut saya sepele di sekolah terkadang menjadi berarti bagi anak-anak. Seperti halnya Saskiyah dan Annisa yang mengajak main sembunyi-sembunyian. Mereka bersembunyi di bawah meja dan saya berpura-pura mencari keberadaannya. Bagi mereka itu sudah cukup membahagiakan, membuat tawa dan keceriaan di wajahnya, walaupun bagi kita yang orang dewasa hal itu seperti terlihat sepele. Dari sini saya belajar, kebahagiaan itu bisa tumbuh sekalipun berasal dari hal yang paling sederhana.
Saya juga terkadang merasa terharu dengan cara kalian berteman dengan anak istimewa, yang tentu saja pemandangan ini tidak ada di sekolah manapun selain sekolah berjudul "inklusi". Kalian hebat, membuat saya percaya bahwa penanaman nilai-nilai empati terhadap sesama, pesan untuk saling menghargai sudah berhasil tertancap di benak anak-anak dan mampu dilakukan dengan baik.
Terima kasih kalian selalu menginspirasi!

Dan yang terakhir, teruntuk rekan guru-guru dan kepala sekolah. Beribu ucapan terima kasih saya ucapkan. Bukan maksud membandingkan dengan rekan kerja di sebelum-sebelumnya saya bekerja. Tetapi jika ada pertanyaan tentang kesolidan dengan rekan kerja, tentulah saya menjawab yang paling solid dengan rekan guru. Kita yang senasib, seperjuangan, saling mengajak kebaikan, saling memotivasi,  menyemangati, dan saling bahu-membahu berjuang untuk sekolah yang baru berumur jagung ini. Walau masih berumur jagung, kami percaya kualitas kami tidak jauh berbeda dari sekolah-sekolah lain-hasil dari kerja keras kami-para guru selama ini. Berlelah-lelah untuk saat ini, percayalah beberapa tahun kemudian semua itu akan berbuah manis. Di masa depan nanti, ingatlah momen-momen ini. Kelak kita semua akan tersenyum mengenang perjuangan dan masa-masa yang kita lalui saat ini.

Karena perjuangan akan terasa manis,
Saat titik tergapai habis...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi; Lelaki Buaya Darat

Lelaki Buaya Darat Oleh: Inez Shabrina Saat aku kau tatap Kubalas dengan harap Dan kata cinta kau ungkap Janji sehidup semati pun kau ucap Mataku gelap Logikaku lenyap Perasaanku padamu semakin meluap Namun cinta yang kau beri hanya sekejap Kau pun lari Setelah kau tancap duri Dan kini kusendiri Aku meronta Mengapa kau katakan cinta? Padahal itu dusta Malam yang pekat Membuatku tercekat Kenyataan yang menyayat Kau bercumbu dengan teman sejawat Bangsat, Dasar kau pengkhianat! Julukan lelaki buaya darat Pantas kau dapat NB: Karya ini masuk 100 puisi terpilih dari 218 karya peserta dalam event puisi bertema Dusta yang diadakan oleh Pustaka Tunggal.

Let it Flow

Aku menyadari. Semakin dewasa, ada semakin banyak hal yang harus di-gapapa-in. Demi kebaikan dan keseimbangan hidup. Semua ada porsinya. Ada beberapa hal yang harus diprioritaskan, difikirkan dengan baik. Namun ada juga beberapa hal yang harusnya tidak masuk dalam pikiran. Ini semua tentang pilihan. Bagaimana kau memilih mana yang harus dipikir, mana yang tidak harus dipikirkan. Bukan berarti aku memintamu untuk lari dari masalah, tidak.. Tapi ada beberapa masalah receh yang memang tidak harus dipikirkan, apalagi sampai mengganggu kehidupanmu. Ada pula beberapa masalah yang harus dihadapi. Namun tidak boleh dihadapi dengan kepanikan, melainkan dengan ketenangan. Karena semua masalah itu mau dihadapi dengan rasa tenang, sedih, takut, panik, marah, atau dengan bagaimana pun juga, masalah itu akan tetap ada. Jadi kita cukup fokus dengan solusinya. Jadi... Let it flow, biarkan mengalir... Belajar untuk menutup telinga. Bahkan Ali bin Abi Tholib berkata, "Jangan menjelaskan te...

Puisi; Kacamata Hati

Kacamata Hati Kacamata berlensakan kepedulian, Biarlah mata hati yang mengemudikan.. Melihat, tidak sekedar melihat Mendengar rintihan kecil mampu membuat hati turut tersayat             Bukalah jendela pikiranmu,             Kau kan tertampar angin keangkuhan dirimu                                     Tidakkah kau lihat?             Kemiskinan, pertikaian di mana-mana,             Kejahatan, korupsi merajalela             Jerit tangis korban bencana menggemuruh             Se...