Langsung ke konten utama

Happy 1st Wedding Anniversary, Sayang!


Berawal dari diam-diam saling mengagumi. Dia yang sudah mengagumi ketika ku menerbitkan novel indie saat kelas 2 SMA, dan aku yang diam-diam mengaguminya ketika dia menyanyikan lagu kesukaanku "Pelangi di Matamu" saat gathering party kira-kira seminggu setelah wisuda dan boyong dari Pondok. Kami tak saling kenal, hanya sekedar saling tahu saja.

Pada akhirnya kami dekat, saling komunikasi, dan mulai tumbuh rasa sayang. Sebenarnya jarak rumah kami sangat dekat hanya sekitar 7 menit, namun kami berkuliah di kota yang berbeda. Awal-awal masuk kuliah, dia di Surabaya dan aku di Malang, dia pun mulai menyatakan perasaannya.

Awalnya ia ragu, jika menyatakan perasaan hanya membuat pertemanan baik kami seakan menjadi jauh. Dan sebersit ketakutan pula pada dirinya jika cintanya tak berbalas. Namun dengan dukungan temannya yang juga temanku pula, pada akhirnya dia berani menyatakan perasaannya. Dia yang gerogi menembak sehingga hanya lewat SMS, begitu pula aku yang gerogi memberi jawaban hingga teman-teman sekamar membantu mengetikkan jawaban 😂 (saat itu 1 tahun pertama kuliah wajib tinggal di asrama)

Tahun 2014, kami jadian! Yang menjadi spesial adalah, dia pacar pertama aku dan aku pacar pertamanya. Kami sama-sama pacar pertama.

Seiring berjalannya waktu, di tahun 2016 aku mulai meragukan perasaannya padaku, benarkah dia menyayangiku? Tetapi waktu menuntunku sadar bahwa pada dasarnya kepribadian kami memang berbeda. Aku yang hangat dan ekspresif, dia yang dingin dan pendiam. Nyatanya kami saling sayang, hanya saja sama-sama tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Terutama dia yang pendiam.

Aku tersadarkan ketika dia berkunjung ke Malang dan di saat baterai hp ku habis, dia menawarkan untuk bertukar hp agar aku bisa mengontak teman satu kosan agar dapat membukakan pintu kos ketika pulang. Sementara itu dia menginap di kontrakan teman alumni lelaki yang kini berkuliah di Malang juga.

Ketika berada di kosan, aku membuka hpnya dan melihat facebook yang disetting konsumsi pribadi. Facebook itu tidak terpassword, jadi aku bisa melihat setiap tulisan yang ada di dalamnya. Aku terharu. Begitu banyak tulisan tentangku di dalamnya. Tentang rasa sayang, cemburu, dan banyak hal lainnya. Hingga semua pertanyaanku terjawab sudah, ternyata rasa sayangnya sedalam itu. Hanya saja dia kesulitan untuk mengekspresikan rasa sayangnya, dan aku yang juga tak mampu menerjemahkannya.

Selama belum menikah, Ayahku melarang keras anak-anaknya berboncengan dengan laki-laki yang bukan mahrom. Pernah suatu ketika kami ketahuan berboncengan saat aku diantar pulang ke rumah selepas jalan-jalan di Surabaya. Kemudian keesokan harinya, dia diminta datang ke rumah dan diberi wejangan mengenai batasan, aturan, dan berbagai hal lainnya. Juga diberi tantangan jika "serius" denganku, maka harus menyetor bulughul mahrom selama dua bulan sekali. Alhamdulillah dia selalu tepat waktu melakukannya. Bahkan setelah menikah aku baru tahu jika dia berinisiatif les ke guru ngaji untuk mendalami bulughul mahrom tersebut.

Singkat cerita, pada tahun 2017 dia melamarku. Dia membuktikan mimpi-mimpi yang pernah kami bangun ketika awal pacaran, pacaran sekali kemudian menikah. Perjalanan yang penuh dengan lika-liku dan Alhamdulillah di tanggal 30 Maret 2019 kami menikah!

Ketika akad nikah dia harus mengulangi ucapan ijab qobul beberapa kali karena kegerogiannya 😅 Aku yang juga gerogi menunggu di luar, air mataku yang terasa akan menetes seakan-akan tertarik ke atas mata lagi! Aku mencoba menata hati. Setelah ijab qobul yang kesekian pada akhirnya terdengar suara mikrovon dari dalam masjid ucapan, "sah". Air mata bahagiaku pun benar-benar jatuh menetes. Kemudian aku melangkah masuk ke dalam masjid dan duduk berdampingan dengannya. Perasaan haru, bahagia, dan perasaan-perasaan campur aduk lainnya yang tak mampu terdeskripsikan semuanya di tulisan ini.

Dan tulisan ini dibuat, 30 Maret 2020.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sudah memasuki usia 1 tahun pernikahan kami.

Happy anniversary sayang! 1 tahun menikah dengan 6 tahun kebersamaan kita. Pernikahan yang penuh dengan cerita seru, apalagi saat ini dengan peranmu yang menjadi garis terdepan menghadapi pasien Corona. Seakan tak henti-hentinya menjadikan setiap detik cerita.

Kebiasaan kami ketika salah satu dari kami pulang kerja, kami saling bertanya,
"Ada cerita apa hari ini?" Kemudian cerita mengalir deras dari bibir kami. Terkadang ketika ada salah satu yang diam, yang lainnya mampu menafsirkan apa yang sedang difikirkan. Belum berbicara, tapi sudah menangkap maksud pikiran dan tak jarang juga kami menyebut suatu hal secara bebarengan. Ketika ada yang marah, yang satu mendinginkan. Jika ada yang berkeluh kesah tentang kejadian hari ini, yang satu menghibur dan mendorongnya.

Kami ibarat mata dengan tangan yang saling melengkapi. Ketika tangan terluka, mata menangis. Dan ketika mata menangis,  tangan menghapusnya.

Menjadi suatu kebahagiaan bisa berdampingan denganmu hingga menua bersama nanti. Membuka mata di sisimu, menutup mata juga di sisimu (kecuali kalau kamu shift malam ya!, hahaa 😂)

Perlakuan manismu, caramu menghiburku, mengayomiku, mengingatkanku jika salah, tingkah lucu yang membuatku tertawa, nasihat yang menenangkan, pelukan yang meneduhkan, dan obat hati di kalaku sedih. Ah, semua itu membuatku merasakan getaran jatuh cinta setiap harinya.  Semoga tetap romantis dan asyik hingga nanti, Aamiin...

Alhamdulillah Allah masih memberi kesehatan dan keberkahan hidup bagi kami. 1 tahun pernikahan. Ada perjuangan, pengorbanan, dan berbagai ujian yang datang, tapi lebih banyak bahagianya. Karena kami melakukannya bersama-sama. Bagaimana kami "bersama-sama" menjadikan masalah yang harus kami lawan, bukan malah saling menyalahkan dan bagaimana kami bisa bersama-sama saling mengisi satu sama lain.

Terima kasih sudah menjagaku, mendukungku, banyak memotivasiku, dan terima kasih juga sudah menjadi suami, pendamping, sahabat, partner diskusi, dan kakak yang baik..
Aku sayang kamu... 💙💙

Harapan satu tahun pernikahan ini,
Semoga tetap sakinah mawaddah warohmah seterusnya hingga ajal menjemput dan bertemu di surga-Nya nanti. Aamiin Aamiin Yaa Robbal Alamiin 🙏🙏


Inez Shabrina
30 Maret 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi; Lelaki Buaya Darat

Lelaki Buaya Darat Oleh: Inez Shabrina Saat aku kau tatap Kubalas dengan harap Dan kata cinta kau ungkap Janji sehidup semati pun kau ucap Mataku gelap Logikaku lenyap Perasaanku padamu semakin meluap Namun cinta yang kau beri hanya sekejap Kau pun lari Setelah kau tancap duri Dan kini kusendiri Aku meronta Mengapa kau katakan cinta? Padahal itu dusta Malam yang pekat Membuatku tercekat Kenyataan yang menyayat Kau bercumbu dengan teman sejawat Bangsat, Dasar kau pengkhianat! Julukan lelaki buaya darat Pantas kau dapat NB: Karya ini masuk 100 puisi terpilih dari 218 karya peserta dalam event puisi bertema Dusta yang diadakan oleh Pustaka Tunggal.

Let it Flow

Aku menyadari. Semakin dewasa, ada semakin banyak hal yang harus di-gapapa-in. Demi kebaikan dan keseimbangan hidup. Semua ada porsinya. Ada beberapa hal yang harus diprioritaskan, difikirkan dengan baik. Namun ada juga beberapa hal yang harusnya tidak masuk dalam pikiran. Ini semua tentang pilihan. Bagaimana kau memilih mana yang harus dipikir, mana yang tidak harus dipikirkan. Bukan berarti aku memintamu untuk lari dari masalah, tidak.. Tapi ada beberapa masalah receh yang memang tidak harus dipikirkan, apalagi sampai mengganggu kehidupanmu. Ada pula beberapa masalah yang harus dihadapi. Namun tidak boleh dihadapi dengan kepanikan, melainkan dengan ketenangan. Karena semua masalah itu mau dihadapi dengan rasa tenang, sedih, takut, panik, marah, atau dengan bagaimana pun juga, masalah itu akan tetap ada. Jadi kita cukup fokus dengan solusinya. Jadi... Let it flow, biarkan mengalir... Belajar untuk menutup telinga. Bahkan Ali bin Abi Tholib berkata, "Jangan menjelaskan te...

Puisi; Kacamata Hati

Kacamata Hati Kacamata berlensakan kepedulian, Biarlah mata hati yang mengemudikan.. Melihat, tidak sekedar melihat Mendengar rintihan kecil mampu membuat hati turut tersayat             Bukalah jendela pikiranmu,             Kau kan tertampar angin keangkuhan dirimu                                     Tidakkah kau lihat?             Kemiskinan, pertikaian di mana-mana,             Kejahatan, korupsi merajalela             Jerit tangis korban bencana menggemuruh             Se...