Langsung ke konten utama

Corona??


CORONA??


Corona. Istilah yang semakin sering disebut-sebut orang. Berbagai pembicaraan membahas Corona, hingga medsos yang selalu memuat segala hal yang berhubungan dengan Corona. Dari berita jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Corona, gejala-gejala yang timbul, hingga bagaimana langkah-langkah untuk mengantisipasinya.


Aku, takut? Jelas. Tapi aku ingin menyembunyikannya karena suami sebagai tenaga medis harusnya semakin didukung, bukan malah menambah beban karena takut itu. Lagipula aku sudah mencoba mengekspresikan ketakutanku dan hasilnya aku malah semakin tidak nyaman dalam melakukan segala sesuatu. Lalu menyembunyikan rasa takut itu? Juga tidak menyelesaikan masalah. Karena akan menjadi bom waktu nantinya. Dan bagaimana sih rasanya jika kita  menyembunyikan rasa takut itu? Memang berdampak positif  bagi orang lain tapi tidak bagi diri sendiri. Diri sendiri malah menjadi semakin frustasi. Lalu bagaimana caranya?  Terus-terusan khawatir pun akan membuat imunitas tubuh menjadi semakin lemah.

Ya, perlahan aku menyadari. Untuk mengatasi itu semua, ada hal penting yang harus dilakukan.
Pertama adalah dengan cara mengakui rasa takut itu. “Aku akui, aku memang takut”.

Kemudian yang bisa kita lakukan adalah menerimanya. Jadi akui, terima perasaan takut itu. Jika dua hal itu sudah dilakukan, maka buanglah semua rasa takut itu. Seseorang jika tidak melakukan suatu aktivitas, maka berbagai pikiran buruk akan muncul. Jadi, sebisa mungkin kita melakukan aktivitas. Melakukan aktivitas yang menyenangkan, menyalurkan hobby, mengembangkan diri, dan berbagai aktivitas lainnya yang membuat kita lupa waktu. Semua itu akan membuat porsi pikiran negatif tentang Corona, “jangan jangan,” “nanti kalau begini, kalau begitu gimana?” akan tersingkirkan dengan sendirinya.

Melawan Corona dibutuhkan imunitas tubuh yang baik. Imunitas tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai pikiran baik positif maupun negatif yang ada pada diri kita. Ketika kita memiliki emosi positif, bahagia, tetap ceria, dan semangat maka dengan sendirinya imunitas tubuh akan terjaga dengan baik. Berbeda jika emosi negatif yang menghampiri diri kita. Berbagai kecemasan, kekhawatiran, dan emosi negatif lainnya akan membuat kepala kita sakit, tenggorokan sakit, perut mules, dan lain-lain. Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa emosi negatif akan membuat imunitas tubuh menjadi menurun. Hingga pada akhirnya kita mengalami psikosomatis. Psikosomatis terjadi karena kecemasan yang memengaruhi psikis kita, kemudian dari psikis tersebut berdampak negatif pada tubuh kita.

Ayo kawan, tetap semangat dan ceria! Tidak usah takut membayangkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Bahkan yang dibayangkan pun tidak semenakutkan yang terjadi. Tidak usah galau dengan apa yang belum terjadi. Cukup fokus dengan apa yang ada di depan mata. Tetap ikhtiar dan berdoa. Terlalu khawatir itu tidak baik, begitu pula terlalu berani juga sama-sama tidak baiknya.
Tetap melakukan kegiatan sebagaimana kegiatan yang dilakukan biasanya. Selalu usahakan untuk berkegiatan. Dan yang terpenting sebisa mungkin tumbuhkan emosi positif pada diri kita, seperti rasa senang, bahagia, semangat, ceria, dan lain-lain.
Kalaupun kejadian tidak mengenakkan itu benar-benar terjadi, tetaplah berpikiran positif. Karena setiap apapun yang terjadi di dunia ini, pasti terselip hikmah di baliknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi; Lelaki Buaya Darat

Lelaki Buaya Darat Oleh: Inez Shabrina Saat aku kau tatap Kubalas dengan harap Dan kata cinta kau ungkap Janji sehidup semati pun kau ucap Mataku gelap Logikaku lenyap Perasaanku padamu semakin meluap Namun cinta yang kau beri hanya sekejap Kau pun lari Setelah kau tancap duri Dan kini kusendiri Aku meronta Mengapa kau katakan cinta? Padahal itu dusta Malam yang pekat Membuatku tercekat Kenyataan yang menyayat Kau bercumbu dengan teman sejawat Bangsat, Dasar kau pengkhianat! Julukan lelaki buaya darat Pantas kau dapat NB: Karya ini masuk 100 puisi terpilih dari 218 karya peserta dalam event puisi bertema Dusta yang diadakan oleh Pustaka Tunggal.

Let it Flow

Aku menyadari. Semakin dewasa, ada semakin banyak hal yang harus di-gapapa-in. Demi kebaikan dan keseimbangan hidup. Semua ada porsinya. Ada beberapa hal yang harus diprioritaskan, difikirkan dengan baik. Namun ada juga beberapa hal yang harusnya tidak masuk dalam pikiran. Ini semua tentang pilihan. Bagaimana kau memilih mana yang harus dipikir, mana yang tidak harus dipikirkan. Bukan berarti aku memintamu untuk lari dari masalah, tidak.. Tapi ada beberapa masalah receh yang memang tidak harus dipikirkan, apalagi sampai mengganggu kehidupanmu. Ada pula beberapa masalah yang harus dihadapi. Namun tidak boleh dihadapi dengan kepanikan, melainkan dengan ketenangan. Karena semua masalah itu mau dihadapi dengan rasa tenang, sedih, takut, panik, marah, atau dengan bagaimana pun juga, masalah itu akan tetap ada. Jadi kita cukup fokus dengan solusinya. Jadi... Let it flow, biarkan mengalir... Belajar untuk menutup telinga. Bahkan Ali bin Abi Tholib berkata, "Jangan menjelaskan te...

Puisi; Kacamata Hati

Kacamata Hati Kacamata berlensakan kepedulian, Biarlah mata hati yang mengemudikan.. Melihat, tidak sekedar melihat Mendengar rintihan kecil mampu membuat hati turut tersayat             Bukalah jendela pikiranmu,             Kau kan tertampar angin keangkuhan dirimu                                     Tidakkah kau lihat?             Kemiskinan, pertikaian di mana-mana,             Kejahatan, korupsi merajalela             Jerit tangis korban bencana menggemuruh             Se...